SELAMAT MERAYAKAN HARI KEMENANGAN
AYAH SYIFA MENGUCAPKAN MINAL AIDIN WAL FAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
(EPISODE IV)
magrib yang mampir sebentar tertidur lagi dikursi roda
seorang anak kemaren sore belajar mencintai bulan dalam iseng
kesendirian. lalu terbang kelelawar senja mencari jambu air
menghilangkan kelaparan yang telah bertahun melanda pelosokpelosok sarang tua
: anakanak cukup dikursi roda
Pontianak, 13 April 2002
Lanjut..
(EPISODE IV)
magrib yang mampir sebentar tertidur lagi dikursi roda
seorang anak kemaren sore belajar mencintai bulan dalam iseng
kesendirian. lalu terbang kelelawar senja mencari jambu air
menghilangkan kelaparan yang telah bertahun melanda pelosokpelosok sarang tua
: anakanak cukup dikursi roda
Pontianak, 13 April 2002
(EPISODE V)
lalu malam pun tiba. seperti kemaren wajah bulan tetap iseng
memayungi ikanikan dijala nelayan
sebatang rokok telah menarik anakanak ditaman yang telah dikenal sejak dari dulu sewaktu adam dan hawa memulai langkah dosa
orangorang gontai menunggu maut menyapa menuntaskan dosa
telah lama berkarat dilingkaran iseng wajah bulan
: sedikit saja minuman yang dapat menghidupkan ikan dijala
nelayan
aku bersimpuh malam ini bawah wajah bulan kehilangan minuman
dalam doa dan maksiat diujung syahwat
Pontianak, 13 April 2002
Lanjut..
(EPISODE IV)
magrib yang mampir sebentar tertidur lagi dikursi roda
seorang anak kemaren sore belajar mencintai bulan dalam iseng
kesendirian. lalu terbang kelelawar senja mencari jambu air
menghilangkan kelaparan yang telah bertahun melanda pelosokpelosok sarang tua
: anakanak cukup dikursi roda
Pontianak, 13 April 2002
(EPISODE V)
lalu malam pun tiba. seperti kemaren wajah bulan tetap iseng
memayungi ikanikan dijala nelayan
sebatang rokok telah menarik anakanak ditaman yang telah dikenal sejak dari dulu sewaktu adam dan hawa memulai langkah dosa
orangorang gontai menunggu maut menyapa menuntaskan dosa
telah lama berkarat dilingkaran iseng wajah bulan
: sedikit saja minuman yang dapat menghidupkan ikan dijala
nelayan
aku bersimpuh malam ini bawah wajah bulan kehilangan minuman
dalam doa dan maksiat diujung syahwat
Pontianak, 13 April 2002
Lanjut..
(EPISODE IV)
magrib yang mampir sebentar tertidur lagi dikursi roda
seorang anak kemaren sore belajar mencintai bulan dalam iseng
kesendirian. lalu terbang kelelawar senja mencari jambu air
menghilangkan kelaparan yang telah bertahun melanda pelosokpelosok sarang tua
: anakanak cukup dikursi roda
Pontianak, 13 April 2002
Lanjut..
(EPISODE YANG HILANG)
hitunganku telah hilang dalam lingkaran wajah bulan
memang selalu iseng dan iseng dimana saja cahaya tumpah menerangi kegelapan yang datang dari negeri soddom dan gomorach
ketika kakikaki luth nerlari mallmall tua matahari atau ramayana mengumandangkan banjir dari pelosokpelosok negeri
mencintai satu pasti dalam janji
episode yang hilang dalam lingkaran iseng wajah bulan adalah satu, dua, tiga lalu memunculkan lima dan enam dalam hitungan dosa dan doa
diranjangranjang abadi dan lucu untuk dipahami
sekejab saja kita menjadi batu atau debu
Pontianak, 11 April 2002
Lanjut..
(EPISODE YANG HILANG)
hitunganku telah hilang dalam lingkaran wajah bulan
memang selalu iseng dan iseng dimana saja cahaya tumpah menerangi kegelapan yang datang dari negeri soddom dan gomorach
ketika kakikaki luth nerlari mallmall tua matahari atau ramayana mengumandangkan banjir dari pelosokpelosok negeri
mencintai satu pasti dalam janji
episode yang hilang dalam lingkaran iseng wajah bulan adalah satu, dua, tiga lalu memunculkan lima dan enam dalam hitungan dosa dan doa
diranjangranjang abadi dan lucu untuk dipahami
sekejab saja kita menjadi batu atau debu
Pontianak, 11 April 2002
Lanjut..
(EPISODE FRAGMEN)
berempati pada lingkaran iseng wajah bulan seorang lelaki
berdiri memayungi bulan sumbang dalam saku celana
menghitung dari sembilan sampai sepuluh tertinggal lagi
langkah yang menyusuri jejakjejak pertapa dalam hitungan kuciptakan didinding malam delapan, tujuh, enam, lima,
tiga, dua
satusatu yang diinginkan tersangkut diujung nafas pertapa
yang bercumbu dalam minuman
hilang juga satu dan nol dalam hitungan iseng wajah bulan
menyaksikan percumbuan pertapa pada kitab lusuh dipajang
diremangremang dan emperan terlalu tua untuk memulai hitungan
menginginkan deru air yang mengalir dalam batas dogma sebenarnya
: mungkin kita cukup tersenyum saja
dalam lingkaran iseng wajah bulan kita cukup tersenyum
melihat anakanak kemaren sore yang tertinggal disaku celana
dan terbit juga disurat kabar lama tentang pertapa
kehilangan cangklong untuk menyusuri tuanya dunia
Pontianak, 6 april 2002
Lanjut..
pulang lagi kekotamu sepi mengiring langkah menyusuri puingpuing
yang telah lama kutinggalkan
kotamu semakin uzur tempat kita pernah berbagi
menoreh puisi didinding malam selalu lengang dari tawatawa wanita yang terjaga dari tidur siang
lalu menghampiri kita ketika asyik main domino
teman kita malammalam yang telah lewat adalah botolbotol berserakan
pernah juga kita campur capcuan sementara kartu domino tetap menari
diantara desah nafas menggoda, diantara desah nafas yang keluar
dari mulut mungil diujung jalan menggoda malam terpental disanubari
: pulang lagi ke kotamu
teman kita berbeda kini bukan botolbotol berserakan tapi katakata yang kita pungut tadi siang
diujungujung ilalang tak sanggup diterbangkan angin
malam ini kita terus membanjiri jalan dengan katakata yang kita pungut tadi siang
ketika vegamu menyeruduk pejalan kaki yang mencacimaki kita tetap melaju
teman kita malam ini bukan domino tapi dominasi semumu yang membuka otakku
lama terkunci dari ke siasiaan perjalanan panjang
membuka lembaranlembaran tentang puingpuing kita yang kau nyatakan
modernisasi absurd
Pontianak 23 September 2001
Lanjut..