Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

SELAMAT MERAYAKAN HARI KEMENANGAN

AYAH SYIFA MENGUCAPKAN MINAL AIDIN WAL FAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Jumat, 27 Juli 2007

MEMORABILIA

ada bayangmu dipekat ini
malam berkeluh kesah
pada bangunan usang dan bangkai tua
: dibatas kaki langit ini
waktu kita ukir tak pernah berhenti

Pontianak, 151001


RAJA MIDAS

negeri ini telah melahirkan moyangku
:gemah ripah lohjinawi
kakekku
bapakku
aku
sentuhan midas telah merambah kota dan desa
hingga
air yang ada rabuk menggerogoti sendi
memporakporandakan tenaga ketika seorang kuli pelabuhan
datang lagi dalam botol aqua
maka tak ada lagi embun pagi menjadi jampi
menarik kita keperadaban masa lalu

Pontianak, Januari 2002

LORONG GELAP


menyusuri lorong gelap ini
ramarama berlomba mengejar lampu merkuri
: ayo bang, singgah sebentar jak
tadak mahal be, cume dua puluh ribu
asap rokok
bibir mungil
sudut kumuh
ranjang lusuh

ditengah birahi yang memuncak
dua wanita menarik mimpi tentang
adzan sore tadi yang bercanda didada
ibu yang berpesan
: nak, jangan na’ maen ke tempat tu ye
banyak ular tedong. bahaye
pacar yang ditinggalkan
: yang, telpon kamek malam ni ye! awas kalau tadak

segelas kopi telah bermain diotak
suarasuara terus merangsang naluri hewan
(alangkah indahnya ibu, adzan, atau menelpon malam ini)

Pasar tengah, Januari 2002


BISU

semuanya memudar kini
tak ada lagi kata sepakat
lalu satu persatu lari
: menghilang atau menyusun strategi
kebisuan adalah tanda terindah
mungkin kita berdiam sebentar
lalu ngoceh, ngoceh, dan ngoceh
sampai kering air dibakbak sampah
dan pada kuburan semakin sepi
: memang sejak dulu peziarah
takut melewati rumah abadi ini
bila nurani yang kita tanya telah melewati jam malam
bagi seorang gadis yang belajar berjalan lalu terjatuh
ketika tersandung sampah dan batubatu
apakah harus kita bimbing kembali?
: mungkin kita perlu merenungi diatas kuburan bahwa kebisuan
adalah tanda tanya terindah

Pontianak, 2002

SURAT UNTUK SARIFUDIN

seperti ceritamu malam ini
aku juga ingin berbagi
mungkin kau sangsi tadi siang aku melewati kamu
melemparkan kesombongan lama yang tak pernah terlepas
sejak dulu lagi sampai pada titik kulminasi keangkuhan yang mendera
dikisikisi hari terus berlari berlomba mencari yang terbaik diantara kita

seharusnya kau tetap disini
menemani pertapa tua yang setia menunggu embun atau hujan
menjadi permandian kita ketika ditarik ke rawa dan paya yang melintas diotak gelisah

seperti ceritamu malam ini
aku ingin berbagi
kesangsian melintas lagi
dibawa gagak melepaskan sayapnya ketika menarik kamu yang setia
menemani malam disuguhkan cerita sama dari bibir mungil terselip sebatang rokok

seperti ceritamu malam ini
aku berbagi
bahwa kamu mulai mengukur resah yang meluap melebihi banjir
pernah kita nyatakan disepanjang kapuas berenang gadis muda
membelai malam seperti ular yang setia menunggu adam dan hawa

“mungkin kita tak usah berbagi,
katakanlah malam ini kita tak pernah bertemu”

Pontianak 25 September 2001

Tidak ada komentar: